Minggu, 4 Juli 2010 adalah hari pelaksanaan tes Ujian Tulis Gelombang II (UTG II) Seleksi Mahasiswa Baru Bersama Telkom (SMBB Telkom) Tahun Akademik 2010/2011 yang berada di bawah Yayasan Pendidikan Telkom (YPT) meliputi Institut Teknologi Telkom (IT Telkom), Institut Manajemen Telkom (IM Telkom), Politeknik Telkom, Telkom PDC (Professional Development Center) dan Sekolah Tinggi Seni Rupa dan Desain Indonesia Telkom (STISI Telkom).
Ujian tersebut dilaksanakan di 25 kota, yaitu Balikpapan, Banda Aceh, Bandar Lampung, Banjar Baru, Bandung, Bekasi, Bogor, Cilegon, Cirebon, Denpasar, Jakarta, Makassar, Medan, Purwakarta, Padang, Pekanbaru, Palembang, Pontianak, Purwokerto, Surabaya, Semarang, Surakarta, Tangerang, Tasikmalaya, dan Yogyakarta. Hasil ujian SMBB tersebut diperiksa di Bandung, sehari kemudian.
Berbeda dengan pemeriksaan ujian-ujian sebelumnya yang menggunakan scanner OMR Opscan, pemeriksaan UTG II SMBB Telkom tahun 2010 menggunakan 2 unit scanner Digital Mark Reader (DMR), yaitu 1 unit DMR Profesional Fujitsu dengan kecepatan 40 lembar per menit, dan 1 unit DMR Eksklusif Fujitsu dengan kecepatan 60 lembar per menit.
Pemeriksaan Lembar Jawab Komputer (LJK) berformat OMR tersebut tidak menjadi masalah bagi DMR yang mampu memeriksa berbagai format LJK. Sebanyak 8000 LJK diperiksa di kampus IT Telkom, dengan disaksikan oleh Ketua Panitia SMBB Telkom 2010, Drs. Danang Mursita, M.Si. dan Rektor IT Telkom, Ir. Ahmad Tri Hanuranto, M.T.
Pemeriksaan LJK UTG II SMBB Telkom 2010 berlangsung kurang dari 5 jam, dengan scanner DMR dioperasikan oleh panitia SMBB dengan didampingi tim teknis dari Codena, inventor & prinsipal DMR. Hambatan eksternal yang dihadapi adalah padamnya listrik selama beberapa puluh menit serta kurang berfungsinya baterai laptop yang digunakan untuk pemeriksaan LJK.
Pengumuman kelulusan UTG II SMBB Telkom 2010 telah dilaksanakan tanggal 15 Juli 2010 melalui situs web http://www.ittelkom.ac.id/smbb/
Pada pelaksanaan ujian tahun-tahun berikutnya panitia SMBB Telkom berniat akan menggunakan LJK format DMR yang biaya produksinya lebih hemat 80% daripada LJK format OMR.